Thursday, September 18, 2008



Segala ujian yang menimpa, segala kesengsaraan yang dirasa, segala penderitaan yang ditanggung, segala mehnah yang dilempar, segala kebencian yang dicipta, segala kesombongan yang ditonjol...


jadikanlah semua ini sebagai penguat imanku dan penghapus dosaku. jangan jadikan semua ini pelemah semangatku. aku akan bangkit walau apa yang terpancul di depan mataku. ya Allah, tak terkata sakit hati ini menanggung semua jenis rasa hati manusia terhadapku..kadang kala longlai pedih hati ini mengenang kenapa semua ini ditimpakan kepadaku. hancur luluh tubuhku memikirkan nasibku yang 'cacat' di mata manusia. yang hodoh di minda insan yang bernyawa.



aku sedar, ini bukanlah ujian sebenar yang Engkau janjikan untuk ku. aku belum lagi ditimpakan batu besar menghempap tubuhku seperti ditimpa ke atas Bilal. aku belum lagi disula dengan besi panas menghacurkan keseluruhan ususku. aku belum lagi dikerat anggota dengan gergaji besi.


aku tidak pernah memohon semua itu berlaku ke atasku. tapi sekurang-kurangnya semangat para mujahid dulu berjuang menentang umat kafirin hadir dalam jiwaku. aku akan tabah. aku akan kuat. aku akan bertenaga bila segala permasalahan ini terpalit ke atas diriku. aku tak mahu sanjungan orang. aku tak mahu pujian orang, aku tak inginkan simpati orang. aku hanya mahu rahmat dan rahim-Mu saja Ya Allah. aku nak kasih sayangMu. aku menagih belaian simpati-Mu. aku dahagakan urut pesona prihatin-Mu.



Ya Allah, jangan tinggalkan aku bersendirian tanpa petunjuk dan pedoman-Mu. jangan tinggalkan para sahabatku terumbang ambing mencari jalan penyelesaian sebuah permasalahan kehidupan. aku sedar, aku yakin, dia ingin mengubah diriku. aku sedar, dia ingin aku kekal dalam tarbiyah Rahman dan Rahim-Mu.


Sekadar isi hati. tulisan ini tidak sesekali ditujukan kepada sesiapa. aku sekadar ingin meluahkan isi hati depan Tuhan. hampir-hampir aku menderhakai Tuhanku menghadapi masalah ini. namun, baru sahaja kesedaran timbul yang Rahmat dan Rahim-Mu cukup luas tafsirannya.

Ud'u ila sabiili rabbik..
Rabbana zolamna anfusana waillam taghfirlana wa tarhamna lanaku nanna minal khosirin

Sunday, September 14, 2008

Adikku...Bercita-citalah



Adikku, izikan abang berbicara dan menuturkan beberapa kisah untukmu.. untuk kau merenung, dan bercita-cita, kerana impian adalah titik mula kepada segalanya.

Umar pernah bercita-cita, mengimpikan para pemuda. Adik tahukan, yang Mu'adz ibn Jabal seorang faqih yang diutus oleh Rasul ke Yaman? Ketika itu usianya masih muda. Begitu juga dengan Salim: ia termasuk salah seorang perawi hadits. Usianya juga masih muda. Dalam sejarah Islam juga dikenal Muhammad Al-Fatih, pembebas kota Konstantinopel. Saat itu usianya tidak lebih dari 22 tahun.

Adiku,

Umar bin Abdul Aziz, seorang khalifah yang zuhud, senang beribadah dan berjihad, suatu kali pernah berkata. “Sesungguhnya jiwaku adalah jiwa yang mempunyai banyak cita-cita. Dia pernah bercita-cita menjadi amir, dia telah mendapatkannya. Dia bercita-cita menjadi seorang khalifah, juga telah didapatkannya. Sekarang, cita-citaku adalah surga, dan aku berharap mendapatkannya.”

Lembar sejarah membuktikan, orang-orang yang berjiwa besar umumnya memiliki cita-cita tinggi. Impian mereka tidak di fahami oleh orang kebanyakan. Impian mereka jauh terkedepan, menewaskan impian pelumba dan pengejar sekangkang kera harta dunia. Adikku, bukan hanya itu, mereka berusaha mewujudkan apa yang mereka cita-citakan dengan segenap upaya dan kesungguhan, bermatian deminya kerana impian itulah cita-cita yang paling tinggi dalam kehidupan mereka, dan umumnya mereka mampu meraih cita-cita yang telah mereka canangkan.

Bukan hanya kisah Umar bin Abdul Aziz yang akan abang ceritakan. Ada kisah lain, tentang empat pemuda dengan cita-cita mereka. Suatu kali, Abdullah bin Umar, Urwah bin Zubair, Mushab bin Zubair dan Abdul Malik bin Marwan ra. berkumpul di pelataran ka'bah. Mushab yang bicara pertama kali dengan mengatakan,"Bercita-citalah kalian." Sahabat yang enggan mengatakan cita-citanya, meminta Mushab terlebih dulu menyampaikan cita-citanya.

Mushab bertutur,"Aku ingin kaum muslimin bisa menaklukkan wilayah Irak, aku ingin menikahi Sakinah puteri Husein dan Aisyah binti Thalhah bin Ubaidillah." Tahukah adikku, apa yang kemudian hari berlaku atas Mushab? Allah SWT memperkenankannya memperoleh apa yang ia cita-citakan.

Urwah bin Jubair kemudian menceritakan harapannya. "Aku ingin menguasai ilmu fikih dan hadits." Subhanallah, Urwah kemudian dikenal sebagai salah satu tokoh ulama fikih dan banyak meriwayatkan hadits.

Abdul Malik bin Marwan mengungkapkan cita-citanya. Ia menyatakan keinginannya untuk menjadi khalifah. Dan anakku, Abdul Malik bin Marwan kemudian menjadi khalifah di masa Daulah Umawiyah yang dikenal sebagai khalifah yang memiliki ilmu yang luas dan taat beribadah.

Terakhir, Abdullah bin Umar menegaskan cita-citanya. Tahukah anakku, apa cita-cita Abdullah bin Umar? Cita-citanya adalah, surga!

Tidakkah adik lihat ketika Usamah ibn Zaid pergi ke medan perang ketika usianya masih 15 tahun. Padahal ketika usinya 14 tahun semangat jihadnya sudah berapi-api: ia ingin cepat berada di shaf para mujahid Allah. Namun Nabi saw melarangnya, kerana masih teramat muda. Ia juga pernah menjadi pemimpin pasukan Rasul, padahal saat itu para sahabat senior seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq ada. Namun Rasul saw mempercayakan kepadanya.

Adikku,

Rasakan kemulian dan keagungan impian kita ini. Ironis sekali dengan impian dan mental orang kebanyakan, lebih-lebih lagi remaja kini yang sebaya denganmu, cita-cita mereka rendah kerana jiwanya lemah, langsung tiada izzah. Bergelumang dengan dosa dan maksiat. Suka dan gemgira dengan angan-angan kosong dan remeh, di alam komik yang tiada manfaat kepada syahid di jalan Allah, yakni di alam-alam yang rendah nilainya, tertutup dan terbatas ibarat alam katak di bawah tempurung.

Adikku, ambillah hikmah terbaik dari kisah itu. Apa yang menjadi cita-cita mereka? Cita-cita yang tinggi dan besar. Apakah engkau mengetahui, bagaimana mereka bisa mencapai cita-cita itu? Mereka mencapainya dengan perjuangan dan pengorbanan yang sungguh-sungguh diiringi dengan mental yang luar biasa. Bukan dicapai dengan menumbuhkan banyak alasan, kekalahan bahkan keputusasaan. Kekuatan tekad yang mereka miliki disertai dengan kerja keras juga doa kepada Allah SWT membuat mereka mampu mencapai apa yang mereka inginkan.

Perhatikan apa yang sejarah tulis mengenai perjuangan Umar bin Abdul Aziz. Kala diangkat menjadi pemimpin, ia tanggalkan kemewahan-kemewahan yang pernah dinikmatinya. Ia ganti kemewahan itu dengan segenap kesederhanaan. Ia bahkan meminta keluarganya untuk turut serta hidup dalam kesederhanaan itu. Yunus bin Syuaib bahkan berkata, "Sebelum menjadi khalifah, tali celananya masuk ke dalam perutnya yang besar. Namun, ketika dia menjadi khalifah, dia sangat kurus. Bahkan jika saya menghitung jumlah tulang rusuknya tanpa menyentuhnya, pasti saya bisa menghitungnya." Bukan hanya itu, Umar bin Abdul Aziz juga dikenal sebagai pemimpin yang menolak suap dalam bentuk apapun. Subhanallah.. Allah SWT memperkenankan Umar bin Abdul Aziz memperoleh keinginannya untuk menjadi khalifah dan Umar menjalankannya dengan penuh kesungguhan, perjuangan dan pengorbanan untuk menngapai cita-cita yang lain, surga!

Kerana itu, adikku, bercita-citalah! Pancangkan cita-citamu setinggi mungkin. Iringi ia dengan kesungguhan, perjuangan dan pengorbanan untuk menngapainya. Semoga Allah SWT
merahmatimu dengan memperkenankan cita-cita itu terwujud.

Bercita-citalah! Bukan hanya untuk duniamu, tapi juga untuk akhiratmu. Rasulullah bersabda, "Dan jika kalian meminta kepada Allah, maka mintalah surga firdaus, sebab dia adalah surga yang paling tinggi." (HR. Bukahri). Adikku, tahukah engkau apa cita-cita seorang Rabiah bin Kaab? Cita-citanya adalah, menemani Rasulullah di surga!

Ingatlah adikku, impianmu adalah titik mula gerak langkahmu, kesungguhan dan keyakinanmu bakal mentukan titik akhirnya


Dedikasi khas buat adik-adik maahadku yamg sentiasa diingati. Good Luck for your SPM


Waiza sami'ul-laqhwa a'radhu anhu..
(seorang mukmin) mendengar (perkara yang ) sia sia lalu berpaling darinya.


Dahulu kita sama-sama belajar hadith di hari akhirat kelak Allah akan tuang timah yang menggelegak ke dalam telinga orang yang suka mendengar nyayian yang melalaikan

Saturday, September 13, 2008



The most evocative words in ukhwah



MAAF



TAHNIAH



TERIMA KASIH


Diri Sendiri Sebagai Jambatan Empati





“己所不欲,勿施于人”
Dua kali Confucius (551 - 479 SM) menyebutnya di dalam kitab Lun Yu (论语). Di bab yang ke-12 dan bab ke-14. Apakah maksud ayat tersebut sehingga dikatakan ianya sebuah Golden Rule? Nasihatnya mudah, “Sesuatu yang tidak kita kehendaki, jangan dilakukan kepada orang lain”.


Ya, bunyinya mudah. Sekiranya kita tidak suka sesuatu itu dilakukan kepada kita , maka janganlah lakukan perkara tersebut kepada orang lain. Selagi manusia masih punya rasa menghargai diri sendiri, nasihat tersebut tidak mustahil untuk diikuti. Namun kadangkala kita terlalai daripada mengamalkan prinsip ini. Samada sememangnya terlupa, atau deria untuk empati sudah lama lupus daripada diri. ‘Kita’ di atas termasuklah diri saya sendiri yang masih dalam usaha memperbaiki diri. Tetapi saya bersykur kerana kadangkala saya terlupa, dan bukannya hilang deria rasa untuk cuba merasai perasaan insan lain.
Rasulullah SAW sendiri pernah mendidik seorang pemuda dengan kaedah refleksi diri seperti yang disebutkan Confucius itu. Dalam rangka menyedarkannya tentang perbuatan jijik yang ingin pemuda itu lakukan.


Pernah suatu hari datang seorang pemuda berjumpa dengan Rasulullah SAW dan meminta keizinan baginda untuk berzina. Di kalangan sahabat baginda ada yang memarahi pemuda tersebut. Rasulullah SAW tidak lantas memarahinya sebaliknya mendekatinya.

“Apakah kamu suka jika zina itu dilakukan orang lain terhadap ibumu?” soal baginda kepada pemuda tersebut.

“Sekali-kali tidak, demi Allah yang yang menjadikanku sebagai tebusan anda,” jawabnya. “Begitu juga kebanyakkan manusia. Mereka tidak ingin zina itu dilakukan terhadap ibu mereka,” ujar Rasulullah SAW.

“Apakah kamu suka jika zina itu dilakukan terhadap anak-anak perempuanmu?” tanya Rasulullah SAW lagi.

“Sekali-kali tidak, demi Allah yang yang menjadikanku sebagai tebusan anda,”

“Begitu juga kebanyakkan manusia. Mereka tidak ingin zina itu dilakukan ke atas anak-anak perempuan mereka. Apakah kamu suka jika zina itu dilakukan terhadap kakak-kakak atau adik-adik perempuan kamu?” soal Rasulullah SAW kepada pemuda itu lebih lanjut.

“Tidak wahai Rasulullah, demi Allah yang yang menjadikanku sebagai tebusan anda,”

“Begitu juga kebanyakkan manusia. Mereka tidak ingin zina itu terjadi ke atas kakak-kakak atau adik-adik perempuan mereka,” ujar Rasulullah SAW. Baginda bertanya lagi.

“Apakah kamu suka jika zina itu dilakukan terhadap ibu-ibu saudaramu?”

“Tidak, demi Allah yang yang menjadikanku sebagai tebusan anda,” jawabnya lagi.

“Begitulah juga orang lain. Mereka tidak ingin zina itu dilakukan terhadap ibu-ibu saudara mereka,” balas Rasulullah SAW.

Lalu Nabi SAW meletakkan tangan baginda ke atas dada pemuda itu dan mendoakannya: "Ya Allah, bersihkanlah hatinya, dan peliharalah kemaluannya serta ampunilah dosa pemuda ini" [Kisah ini diriwayatkan Imam Ahmad di dalam musnadnya no: 22265]
DIRI SENDIRI SEBAGAI PAKSI AWAL UNTUK EMPATI
Bukan sekadar di dalam hadis yang saya sebutkan di atas. Tidak keterlaluan saya katakan Rasulullah SAW turut pernah mendidik kita dengan kaedah yang sama. Cuma ianya hanya akan terkesan bagi mereka yang berfikir. Pernah Rasulullah SAW bersabda:


ومن ستر مسلما، ستره الله في الدنيا والآخرة
Siapa saja yag menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allah akan menutupi (aib) nya di dunia dan akhirat. [Sahih Muslim - hadis no: 2699]


Rasulullah SAW memberi peringatan bahawa Allah SWT akan menutupi aib peribadi sesiapa yang menutupi aib peribadi saudara Muslimnya yang lain. Boleh juga difahami bahawa Allah SWT akan membuka aib sesiapa yang suka mendedahkan aib saudaranya yang lain.
Peringatan Rasulullah SAW ini seharusnya membuatkan kita berfikir dan bertanya. Apakah kita bersedia ditelanjangkan aib-aib kita di khalayak manusia? Bagaimanakah perasaan kita apabila suatu hari kita terlihat, aib peribadi kita yang mungkin sedang kita perbaiki terdedah di khalayak ramai. Apakah kita suka? Jiwa yang normal pasti tidak menyukai perkara itu terjadi pada dirinya.


Jadi sekiranya diselami pengajaran hadis di atas, dalam bentuk lain ianya boleh difahamkan sebagai, “Sekiranya kita sendiri tidak suka aib peribadi kita dibuka buat pengetahuan umum, maka janganlah kita bersungguh-sungguh mendedahkan aib peribadi orang lain!”
Kegagalan menyelami prinsip tersebut dalam sesetengah sabda Nabi SAW mengeheret kepada gagal menghayatinya dalam bentuk akhlak. Apabila gagal menghayatinya sebagai akhlak maka lazimnya jauh sekali ia dapat merasa relevennya ia menjadi hukum.
Sejauh mana kita sering memikirkan perkara ini sebelum bertindak? Sudahkah kita berusaha memastikan apa yang kita tidak suka dilakukan ke atas diri, tidak dilakukan ke atas orang lain? Hukum emas tersebut memerlukan kita meletakkan diri sendiri sebagai jambatan untuk memahami perasaan orang lain. Hanya sikap pentingkan diri sendiri yang negatif sahaja mampu merobohkan jambatan itu.

From : demipena.blogspot.com

Wednesday, September 10, 2008

Kalau Esok Malaikat Maut Menjemput Ku






Baru semalam aku buat dosa itu, bulan lepas pun aku dah buat, tahun lepas pun dah rasai dosa itu, dulu-dulu pun juga pernah melakukan dosa itu. Bila nak habis?

Selepas beratus kali mengulang dosa yang sama, apa yang aku boleh buat depan Allah kalau esok aku mati? Dia dah mati, mereka dah mati..3 hari lepas junior ku mati…esok mungkin aku mati..siapa tahu..

Apa alasan aku bila tengah mengadap Tuhan esok? Esok semestinya mulutku diikat, tetapi segala anggota tubuh lain akan bercakap. Tanganku ada banyak bukti aku buat dosa itu..kakiku..kakiku lagi tahu, dia yang bawa aku berjalan..mulutku, mataku, hidungku. Semuanya akan jadi saksi terhormat. Saksi yang pura-pura diam hari ini, esok dia akan memakan diriku.

Hari ini aku berduka. Aku berduka kenapa aku buat dosa itu. Kenapa dosa itu harus diberikan kepadaku. Aku takut nak berjumpa dengan Tuhanku esok. Bagaimana Dia akan pandang aku. Aku yakin, kalau esok aku mati, aku akan dihina oleh sekalian makhluk disebabkan dosaku.

Hari ini aku bertaubat, airmata ku bercucuran atas tikar sejadah. Esok, aku nak jumpa Tuhanku dalam keadaan aku dihormati. Esok aku nak bersemadi dalam syurga.

Ya Allah, ampunkan dosa-dosaku. Aku dah puas melakukan dosa itu tetapi aku tak mampu nak melawan nafsu gila ku. Kalau aku hidup lagi esok, tolonglah kawal nafsuku. Engkau maha Berkuasa. Berkuasa ke atas segalanya. Aku tahu, Engkau nak aku dekat Dengan-Mu, tapi janganlah melalui perbuatan dosa itu ke atas ku.

Keinsafan ini timbul bila aku terima satu SMs dari sahabatku awal pagi, sedang aku tak dapat tidur kenang dosa itu.

“banyak mata yang terjaga, banyak pula yang tertidur lelap, memikirkan persoalan yang sudah & akan terjadi..tinggalkanlah rasa duka semampumu kerana memikul beban duka boleh membuat mu gila..kelmarin Tuhan telah menolongmu..percayalah bahawa esok pun dia masih akan tetap menolongmu-wasiat Imam Syafie.

Moga kita semua bersedia untuk mati esok..

2.25am Indera Mahkota, Kuantan

Photobucket

Search In The Quran

Search in the Quran
Search in the Quran:
in
Download Islamic Softwares FREE | Free Code/td>
Powered by www.SearchTruth.com